Jawa Tengah dikenal sebagai wilayah yang kaya akan seni dan budaya. Salah satu aspek seni daerah yang perlu dijaga keberlangsungannya adalah tarian tradisional khas Jawa Tengah.
Sejarah tarian tradisional Jawa Tengah dapat ditelusuri sejak abad ke-7, dengan “Mahabharata” dan “Ramayana” sebagai landasan utama dalam perkembangan tarian, puisi, dan seni selama bertahun-tahun dalam konteks budaya Jawa Tengah.
Tarian tradisional di Jawa Tengah juga dipengaruhi oleh unsur-unsur ritual keagamaan, kehadiran penguasa adat, dan masa penjajahan Belanda.
Di wilayah ini, beragam jenis tarian tradisional dipertunjukkan dalam berbagai upacara adat serta acara-acara istimewa.
Penampilan tarian menjadi sarana dalam upacara untuk menghibur penonton dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk melepaskan kepenatan dengan menikmati keindahan gerak tarian ini.
5 Tarian Jawa Tengah
1. Tari Serimpi
Tari Serimpi, tarian klasik asal Jawa Tengah, menjadi fokus pembahasan pertama mengenai seni tari di wilayah tersebut.
Sebagai sebuah tarian klasik, Serimpi menggambarkan tingkat keindahan yang tinggi, telah eksis sejak zaman feodal, dan tumbuh di lingkungan keraton. Gerakan gemulai dalam tarian ini mencerminkan nilai-nilai sopan, kehalusan budi, dan kelembutan, disertai musik gamelan yang mempesona.
Tari Serimpi Jawa memiliki kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, khususnya dalam kelembutan gerakan penarinya.
Dulu, tari ini hanya dapat dipentaskan oleh individu yang dipilih oleh keraton dan dianggap memiliki sifat sakral, setara dengan pusaka yang melambangkan kekuasaan raja zaman Jawa Hindu. Meski demikian, tingkat kesakralan tari Serimpi belum sebesar tari Bedhaya.
2. Tari Bedhaya
Tari Bedhaya, berasal dari Keraton Surakarta, memiliki karakter yang sangat sakral dan sarat dengan makna religius bagi penari dan penontonnya. Dikarenakan unsur keagamaan, tari Bedhaya dianggap sebagai bentuk yoga atau meditasi, selain juga memiliki nilai estetika dan kekuatan.
Penari mengenakan kostum berupa blus beludru dengan sarung batik, serta selendang berwarna keemasan. Cerita yang disampaikan dalam tarian ini berkisar pada hubungan asmara antara Ratu Kidul dan Raja-raja Mataram, diwujudkan melalui gerakan tangan dan seluruh tubuh, diiringi oleh alat musik gamelan.
3. Tari Tayub
Tari Tayub, yang mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat, dikenal dengan acara Tayuban sebagai bagian dari seni tradisional Jawa Tengah. Tarian ini menampilkan keindahan dan keserasian gerakan, juga memiliki kemiripan dengan tari Gambyong yang lebih terkenal di Jawa Tengah.
Tayub umumnya dipertunjukkan dalam acara pernikahan, sunatan, hari kemerdekaan, hingga acara bersih desa. Anggota kesenian ini melibatkan penyanyi sinden, pemusik gamelan, dan penari, terutama wanita.
4. Tari Gambyong
Tari Gambyong, asal daerah Surakarta, awalnya hanya merupakan tarian rakyat untuk merayakan musim panen padi. Kini, tari ini diadakan dalam acara sakral sebagai penghormatan pada tamu.
Nama “Gambyong” diambil dari seorang penari tempo dulu yang memiliki suara merdu dan tubuh lentur, cepat terkenal di Istana Surakarta. Tarian ini dimeriahkan dengan kostum kemben sebahu dan selendang, umumnya berwarna kuning dan hijau, diiringi oleh musik gamelan.
5. Tari Sintren
Tari Sintren, bermakna “Si putri”, merupakan seni tari tradisional di Jawa Tengah yang mencakup unsur mistis. Terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, Tari Sintren mengisahkan cerita cinta antara Sulasih dan Sulandono. Sayangnya, kesenian ini semakin terlupakan dan terancam punah karena kurangnya upaya dalam melestarikannya, meskipun merupakan bagian dari budaya dan kearifan lokal.
Originally posted 2024-01-16 01:03:29.