PortalSekolah.Net – Bentuk seni Gong Gumbeng merupakan salah satu bentuk seni di Kabupaten Ponorogo, tepatnya di Desa Wringinanom, Kecamatan Sambit. Karya seni ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1637 Masehi atau sekitar tahun 1838. Sejak munculnya bentuk seni Gong Gumbeng, telah digunakan sebagai ritual pembersihan desa hingga sekarang.
Masyarakat desa Wringinanom percaya bahwa seni Gong Gumbeng harus selalu dilakukan dalam ritual pembersihan desa, untuk menghindari masa kelaparan. Dengan demikian, keberadaan Gong Gumbeng bagi masyarakat Desa Wringinanom masih sangat berarti hingga saat ini.
Sejarah Alat Musik Gong Gumbeng
Wringinanom merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Bagi penduduk desa Wringinanom, Gong Gumbeng sangat tidak asing lagi dan memiliki hawa magis pada masa kuno. Kesenian ini sudah ada di daerah tersebut sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya 1837 M.
Bentuk seni ini dianggap langka, bahkan menjadi kebanggaan karena ada yang mengatakan bahwa bentuk seni ini adalah satu-satunya di dunia.
Kesenian Gong Gumbeng biasanya dilakukan setidaknya setahun sekali dalam acara desa bersih puncak yang diadakan pada hari Jumat terakhir bulan Selo atau Dzul Qoidah dalam kalender Islam.
Tradisi ini telah diturunkan sejak kepemimpinan Demang Anggoduwo. Upacara pembersihan puncak desa ini diadakan di Telaga Matilirejo di dusun Banyuripan. Sebelum acara utama, biasanya ada penyembelihan kambing dan pesta kurban di dua tempat yang dianggap sakral, yaitu di sumber tambang dan Jatoroso.
Menurut Babad, ide desa bersih itu berasal dari seorang sesepuh bernama Irobiri Banyuripan yang berasal dari Mataram. Suatu ketika, dia mendapat bimbingan dalam mimpinya seolah-olah dia bertemu dengan seorang lelaki tua. Kakek mengatakan bahwa masyarakat Wringinanom ingin aman dan danau Mantilirejo penuh dan tidak kehabisan air, maka desa tersebut harus dibersihkan setiap tahun di bulan Selo di Telaga.
Pelaksanaannya harus pada jumat, disertai gong Gumbeng dan pemukulannya pada siang dan malam hari. Semua mimpi ini diceritakan kepada Lurah Anggoduwo, Wringinanom, kemudian disepakati dan dilakukan oleh seluruh perangkat desa.
Alat musik Gong Gumbeng ini kini disimpan di rumah Gunarto, Kamituwo (Kepala Desa) di Wringinanom. Alat-alat artesis ini masih asli sejak pertama kali dibuat, meskipun ada yang sudah aus.
Pemerintah desa sendiri tidak memiliki rencana untuk mengupdate kesenian dan kerajinan, karena bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Gumbeng sulit ditemukan. “Harus dibuat dari bambu mati (kering di musim kemarau),” kata Gunarto, sesepuh daerah tersebut.
Gunarto juga mengatakan bahwa sekarang sangat sulit untuk menemukan generasi penampil berikutnya untuk Gong Gumbeng. Selain kurangnya daya tarik bentuk seni ini kepada masyarakat umum, memainkan jenis musik ini juga sangat sulit.
Ciri-Ciri Alat Musik Gong Gumbeng
Alat musik Gong Gumbeng terbuat dari bambu. Pring atau bambu wulung disebut juga dengan nama bambu ireng. Bambu tersebut berbentuk mirip dengan gamelan, dipotong besar dan kecil agar menghasilkan suara yang harmonis dengan orkestra gamelan.
Alat musik Gong Gumbeng ini termasuk dalam alat musik pentatonik. Alat musik pentatonik adalah alat musik yang memiliki lima skala dan harmoni slendro.
Slendro merupakan laras lima macam yakni:
- Laras barang
- Laras gulu (leher)
- Laras dhadha (dada)
- Laras lima
- Laras nem
Alat Musik Gumbeng
Gumbeng merupakan alat musik seni Gong Gumbeng yang dimainkan dengan cara menggoyangkan atau menggerakkannya. Suara itu berasal dari gerakan kocokan atau menggerakkannya ke atas—ke bawah atau depan—belakang
Itu terbuat dari bambu atau pring yang disusun tegak dengan pegangannya. Bambu yang berdiri dibor di tengah dan di kedua ujungnya, serta di bagian untuk bergabung atau menghubungkan tiga bambu besar. Konektornya juga terbuat dari bambu bundar kecil, seperti tongkat.
Ansambel gumbeng terdiri dari satu set angklung yang terbuat dari bambu wulung dan digantung dalam barisan dengan jarak yang sama pada ongkek (bingkai angklung).
angklung tengah, atas dan bawah.
Alat musik ini terdiri dari lima belas angklung yang disusun secara berurutan dari ukuran bambu terbesar hingga yang terkecil yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: angkl tengah
- Lima angklung besar (AB)
- Lima angklung tengah (AT)
- Lima angklung kecil (AK)
Gumbeng mempunyai tangga nada yang pentatonis, yaitu bisa menggunakan lima tangga nada ( 1—2—3—5—6 ). Dan dibaca seperti pada musik karawitan Jawa yaitu: 1 = ji, 2 = ro, 3 = lu, 5 = mo, 6 = nem.
Cara Memainkan Alat Musik Gumbeng
Alat musik gumbeng ini dapat dimainkan dengan cara digoyangkan atau digerakkan seperti bermain angklung pada umumnya.
Itulah artikel tentang alat musik Gong Gumbeng yang sudah dibahas diatas dari sejarah alat musik gong gumbeng, ciri-ciri alat musik gong gumbeng, cara memainkan alat musik gumbeng. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kalian semua, jangan lupa share informasi ini. Semoga bermanfaat!
Originally posted 2022-07-07 21:14:09.