Apa itu alat musik angklung caruk? Angklung Caruk merupakan bentuk kesenian tradisional dari Banyuwangi. Para pemain terdiri dari 12 hingga 14 orang. Alat musiknya terbuat dari bambu. Kata “caruk” berasal dari kata asli Banyuwangian yang berarti “pertemuan”.
Bagaimana cara memainkan angklung caruk? Untuk memainkan Angklung Caruk, seseorang harus mengocok batang bambu sesuai dengan melodinya. Kendang Banyuwangi merupakan alat musik tradisional asal Banyuwangi, Jawa Timur.
Alat Musik Angklung Caruk
“Caruk” berasal dari bahasa asing, yang berarti “bertemu”. Pertemuan dua kelompok pemain angklung dan pesaingnya dalam bermain angklung disebut angklung caruk. Kedua kelompok bermain bersama dan bersaing satu sama lain dalam ketangkasan.
Penonton biasanya dibagi menjadi tiga kelompok: dua di antaranya adalah saingan yang masing-masing mendukung pemain angklung favorit mereka masing-masing, sedangkan satu grup yang tersisa berpihak pada kedua pemain angklung dan ingin melihat kinerja yang baik secara keseluruhan. Permainan menjadi sangat meriah karena dukungan dari masing-masing penonton.
Angklung Caruk di Banyuwangi
Kota Banyuwangi patut disebut sebagai kota seni rupa, karena memiliki banyak karya seni pertunjukan yang diwarisi dari nenek moyang kita, salah satunya adalah seni Angklung Caruk.
Bagi sebagian warga kota Banyuwangi, khususnya masyarakat Osing, alat musik Angklung Caruk sudah tidak asing lagi. Ini masih sering dilakukan oleh masyarakat di acara-acara seperti pernikahan, sunat dan acara-acara lain seperti perayaan Hari Kemerdekaan.
Sebenarnya seni ini sangat unik karena mengandung sportivitas antara satu kelompok atau “panjak” (nama drummer dalam bahasa Osing) dengan kelompok lain.
Sejarah Angklung Caruk
Angklung Caruk merupakan salah satu dari berbagai kesenian yang telah berkembang di Banyuwangi. Awalnya, angklung digunakan oleh petani di sawah untuk menghilangkan penat saat istirahat. Angklung ditempatkan di atas gubuk tinggi atau yang oleh masyarakat disebut “paglak”, sehingga disebut “paglak angklung”.
Selain itu, petani juga suka menggunakan angklung ketika mereka memanen ladangnya sebagai musik pengiring. Di masa lalu, ada tradisi “ngersoyo” (bekerja sama), pemilik ladang yang memanen ladangnya dibantu oleh kerabat dan tetangga sehingga pemilik ladang memberikan hiburan kepada mereka yang telah membantunya di ladangnya dengan angklung yang ditempatkan di atas “paglak”.
Biasanya para pemain hanya terdiri dari 2 hingga 3 orang. Instrumen ini terdiri dari 1 angklung (yang mirip dengan angklung di Bali) dan drum berukuran kecil. Sambil memainkan angklung, pemain juga menyanyikan lagu-lagu tradisional dari Banyuwangi. Dari sini, alat musik angklung caruk terbentuk.
Cara Memainkan Angklung Caruk
Dalam satu panggung suatu acara. Terdapat 2 kelompok kesenian yang duel ketangkasan antara kelompok kesenian satu dengan lainnya. Pada sesi pertama, pertunjukan angklung caruk mengawali dengan “larasan” yaitu pertunjukan seni tari yang dibawakan oleh seseorang laki-laki dari masing-masing tiap kelompok yang biasa disebut “badut”.
Mereka bergiliran menari sesuai kesepakatan. Kemudian pada sesi berikutnya “adol gending” misalnya grup A memberikan isyarat berupa ketukan pada lagu Banyuwangian yang ditujukan kepada grup B, dan jika grup B mengetahui penyadapan maka terus berlanjut hingga membentuk iringan musik dan jika grup B tidak bisa atau salah di sepanjang jalan maka grup A diejek sebagai sebaliknya.
Meskipun ada “campuran” (ejekan dan olokan). Keunikan kedua kelompok dan pendukungnya saling menjaga sportivitas dan harmoni.
Angklung Caruk Banyuwangi Sebagai Obyek Wisata Budaya
Seiring berjalannya waktu dan teknologi, seolah-olah masyarakat melupakan bentuk seni unik yang mereka miliki. Salah satu contohnya adalah Angklung Caruk, bentuk seni tradisional yang diturunkan dari nenek moyang kita yang harus kita lestarikan karena merupakan ciri khas Banyuwangi.
Hal ini menjadi tantangan bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Banyuwangi, untuk melakukan upaya agar tidak semakin menurunnya kesenian tradisional.
Ada banyak kendala yang perlu diatasi dalam rangka menghidupkan kembali kesenian tradisional Angklung Caruk. Setelah kendala tersebut diatasi, kita bisa mengambil langkah-langkah lain untuk mendukung keberadaan Angklung Caruk dengan tujuan menjadikannya salah satu tempat wisata budaya Jawa Timur.
Upaya yang direncanakan tersebut antara lain sebagai pembenahan baik ke dalam untuk kesenian angklung caruk itu sendiri ataupun ke luar antara lain pihak dan hal-hal yang bersangkutan dengan kemajuan atas kesenian itu sendiri.
Di antara perbaikan internal yang perlu dilakukan adalah penetapan prasarana dan sarana, pengembangan mental bagi pemain, pelibatan masyarakat, dan lain-lain. Sedangkan perbaikan eksternal bisa datang dalam bentuk promosi.
Diharapkan melalui upaya tersebut, kesenian dapat berkembang dan dimunculkan kembali menjadi objek wisata yang menarik dan potensial sehingga tidak hanya dapat menarik wisatawan yang berkunjung tetapi juga mendukung pariwisata di Jawa Timur, khususnya Banyuwangi, baik saat ini maupun di masa depan.
Itulah artikel tentang Angklung Caruk yang sudah dibahas diatas dari sejarah angklung caruk, cara memainkan angklung caruk, dan kesenian angklung caruk di banyuwangi. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kalian semua, jangan lupa share informasi ini. Semoga bermanfaat!
Originally posted 2022-07-07 20:51:40.