Metode penggunaan metafora dalam sastra memang menarik dan unik. Hal ini dikarenakan metafora sebagai salah satu bentuk majas, menawarkan keunikan dalam penyampaian pesan, dengan mengemasnya secara lebih menarik sehingga dapat membangkitkan emosi pembaca.
Beragam jenis majas, termasuk metafora, memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada yang berfungsi untuk menggambarkan sifat manusia melalui analogi dengan objek lain, ada pula yang mengekspresikan sesuatu secara hiperbolik.
Metafora khususnya, dikenal sebagai cara membandingkan dua hal yang berbeda dalam satu ungkapan. Artikel ini dari Media Indonesia akan membahas lebih lanjut tentang metafora, termasuk ciri-ciri, bentuk, dan contoh penggunaannya.
Untuk memperdalam pemahaman tentang topik ini, mari ikuti pembahasannya hingga selesai. Menurut zenius.net, metafora adalah teknik dalam bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara lebih kreatif dan imajinatif.
Kata-kata dalam metafora sering kali tidak diambil dari arti harfiahnya. Metafora juga dapat diartikan sebagai perumpamaan atau sindiran yang menyamakan suatu kata dengan sesuatu yang mirip.
Kamus Besar Indonesia (KBBI) daring mendefinisikan majas sebagai cara penggambaran yang menyamakan sesuatu dengan hal lain.
Seniman sering menggunakan majas, termasuk metafora, dalam karya-karya seperti novel, drama, puisi, dan lainnya untuk menambah keindahan dan kedalaman makna.
Berikut adalah beberapa contoh metafora beserta penjelasannya:
- Bagus dijuluki sebagai bintang kelasnya, yang berarti dia adalah murid yang pintar.
- Menghadapi musibah dengan lapang dada, yang artinya bersikap sabar.
- Si jago merah, yang merujuk pada api, melahap puluhan toko di pasar baru.
- Andre, anak emas Pak Jamil, lurah desa Kuto, di mana “anak emas” berarti anak kesayangan.
- Istilah “tikus kantor” mengacu pada koruptor.
- “Buah tangan” diartikan sebagai oleh-oleh.
- Dedi rela “membanting tulang”, yang berarti bekerja keras, demi keluarganya.
- “Cari muka” di depan guru, yang artinya berusaha tampak baik untuk mendapatkan sesuatu.
- Si “buah hati” yang belum pulang membuat ibunya murung, di mana “buah hati” adalah anak.
- “Dewi malam” yang muncul dari balik awan, merujuk pada bulan.
- Banyak lelaki yang ingin mempersunting “mawar desa”, yang bisa diartikan sebagai wanita cantik yang belum menikah.
- “Kutu buku”, yang berarti seseorang yang sangat gemar membaca.
- Menjadi anak yatim dianggap sebagai “ujian” berat, di mana “ujian” berarti cobaan.
- “Si jago merah” yang menghabiskan rumah, merujuk pada api.
- “Kepala batu”, yang berarti seseorang yang susah dinasihati.
- “Cinta ibu” kepada “buah hatinya” yang tak pernah berhenti, di mana “buah hati” adalah anak.
- Menikah dengan “pujaan hati”, yang berarti kekasih.
- “Keras kepala” diartikan sebagai teguh pendirian.
- Berasal dari “kota gudeg”, yang merujuk pada Yogyakarta.
- Pulang dari “negeri sakura”, yang berarti negara Jepang.
Demikianlah ulasan tentang majas metafora yang semoga memberikan wawasan menarik dan bermanfaat.
Originally posted 2023-12-30 16:08:16.